bisnis modal rakyat hasil ningrat

"Alloh tidak akan merubah nasib suatu kaum,, jika kaum nya itu sendiri tidak mau merubah nasib nya dengan tangannya sendiri"

LightBlog

Breaking

Jumat, 10 Maret 2017

Komplikasi Lupus

Gejala SLE yang ringan atau terkendali dengan baik biasa tidak terlalu menghambat rutinitas sehari-hari penderitanya. Risiko komplikasi juga mungkin akan menurun.
Seiring bertambahnya usia, gejala SLE mungkin akan banyak berkurang. Penderita SLE yang berusia di atas 50 tahun umumnya mengalami hal ini. Di antara penderita SLE wanita juga ada sebagian yang mengaku kondisinya membaik setelah mengalami masa menopause.
Tetapi Anda harus tetap waspada jika menderita SLE. Risiko munculnya kondisi serius dan komplikasi yang mematikan tetap ada.
komplikasi lupus

SLE dan Komplikasi Penyakit Kardiovaskular

Penyakit kardiovaskular adalah istilah umum untuk semua jenis penyakit yang menyerang jantung dan pembuluh darah, seperti strokeserangan jantung dan tekanan darah tinggi. Selain itu, beberapa penderita SLE juga bisa mengalami radang pada kantung yang membungkus jantung (perikarditis) atau pada otot-otot jantung (miokarditis).
SLE dapat menyebabkan inflamasi pada jantung dan pembuluh darah. Karena itu, penderita SLE diperkirakan memiliki risiko 6-8 kali lebih tinggi untuk mengalami penyakit kardiovaskular. Risiko ini dapat dikurangi melalui langkah-langkah berikut:
  • Berolahraga secara teratur. Setidaknya 2,5 jam dalam seminggu dengan jenis olahraga yang dapat membuat napas Anda sedikit terengah-engah.
  • Menjaga berat badan yang ideal dan sehat.
  • Menerapkan pola makan yang sehat dan seimbang. Misalnya makanan rendah lemak jenuh, rendah gula, rendah garam, banyak buah, dan sayuran setidaknya lima porsi dalam sehari.
  • Berhenti merokok.
  • Membatasi konsumsi minuman keras. Batas konsumsi per hari yang direkomendasikan adalah 2-2,5 kaleng bir untuk pria dan maksimal 2 kaleng bir untuk wanita. Sekaleng bir biasanya berkadar alkohol sebanyak 4,7%.

SLE dan Komplikasi Nefritis Lupus

Inflamasi yang terjadi pada ginjal untuk waktu yang lama akibat SLE memiliki potensi untuk menyebabkan penyakit ginjal yang serius. Komplikasi ini disebut nefritis lupus.
Diperkirakan sekitar 50% di antara penderita SLE yang mengidap nefritis lupus. Penyakit ini juga cenderung berkembang pada tahap awal SLE (biasanya dalam lima tahun pertama). Tes darah biasanya akan dianjurkan untuk memantau kondisi ginjal Anda secara saksama. Beberapa gejala lupus nefritis meliputi:
  • Rasa gatal
  • Sakit dada
  • Mual
  • Muntah
  • Sakit kepala
  • Pusing
  • Sering buang air kecil
  • Kencing darah
  • Pembengkakan pada kaki
Nefritis lupus sering tidak menunjukkan gejala, tetapi Anda sebaiknya tetap waspada. Komplikasi ini sangat berbahaya karena dapat merusak ginjal.
Tekanan darah tinggi juga dapat disebabkan oleh penyakit ini. Jika tidak ditangani, tekanan darah tinggi akan mempertinggi risiko penyakit jantung yang serius (misalnya, serangan jantung atau angina).
Penanganan untuk lupus nefritis dapat dilakukan dengan imunosupresan, misalnyaazathioprine, mycophenolate mofetil, atau cyclophosphamide.

Risiko Penyakit Autoimun yang Lainnya

Tingkat risiko penderita SLE yang dapat mengidap penyakit autoimun lain diperkirakan sekitar 30%. Di antaranya adalah penyakit tiroid, sindrom Sjogren, atau sindrom Hughes (sindrom antifosfolipid).
Sindrom Sjogren pada penderita SLE
Sindrom Sjogren dapat terjadi pada sekitar 12% penderita SLE. Penyakit ini menyerang dan merusak kelenjar liur dan air mata. Gejala utama pada kelainan sistem kekebalan tubuh ini adalah mata dan mulut yang kering.
Sindrom Hughes (sindrom antifosfolipid) pada penderita SLE
Sindrom Hughes dapat mempertinggi risiko terjadinya penggumpalan darah pada arteri dan vena. Penggumpalan darah pada arteri dapat menyebabkan stroke dan serangan jantung. Sedangkan jika terjadi pada vena, penggumpalan darah dapat mengakibatkan trombosis vena dalam (deep vein thrombosis/DVT). Penyakit ini juga berbahaya bagi ibu hamil karena dapat mempertinggi risiko komplikasi selama masa kehamilan.
Diagnosis untuk sindrom Hughes pada penderita SLE dapat dilakukan dengan memeriksa keberadaan:
  • Komplikasi yang berhubungan dengan pembuluh darah dan/atau kehamilan.
  • Antibodi antifosfolipid dalam darah.

SLE dan Kehamilan

SLE biasanya memang tidak memengaruhi kesuburan (fertilitas). Tetapi penderita SLE wanita (terutama yang mengidap sindrom Hughes) sebaiknya tetap waspada karena komplikasi umumnya terjadi pada masa kehamilan mereka. Di antaranya adalah pre-eklampsia, kelahiran prematur, keguguran dan kelahiran mati.
Dokter biasanya akan menganjurkan obat-obatan untuk mengurangi kecenderungan penggumpalan darah. Penanganan dengan aspirin dan suntikan heparin dapat meningkatkan keberhasilan kehamilan untuk pasien sindrom Hughes.
Risiko lain yang mungkin terjadi adalah serangan gejala lupus pada masa kehamilan, misalnya:
  • Pembengkakan pada kaki dan tangan.
  • Rambut rontok.
  • Wajah memerah.
  • Nyeri otot, tulang, dan sendi.
Obat-obatan yang kualitasnya terjamin tidak akan memengaruhi ibu serta bayi. Tetapi ada beberapa jenis obat yang dinilai aman digunakan untuk mengurangi risiko terjadinya serangan SLE pada masa kehamilan. Di antaranya adalah hydroxychloroquine (obat anti-malaria), azathioprine (imunosupresan), dan prednisolone (kortikosteroid).
Dokter juga mungkin akan menyarankan Anda untuk menunda kehamilan agar mengurangi risiko komplikasi pada masa kehamilan. Anda biasanya diminta untuk menunggu selama enam bulan tanpa mengalami serangan SLE dan memiliki tingkat fungsi ginjal yang normal atau mendekati normal sebelum hamil.


Salam Sehat, Sukses, dan Sejahtera untuk kita semua.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar