Pada kasus edema paru kronis yang bersifat jangka panjang, sesak napas akan lebih terasa ketika penderita sedang melakukan aktivitas fisik. Penderita biasanya merasa kelelahan dengan suara napas tersumbat yang khas (mengi). Jika badan dibaringkan, sesak napas akan menjadi-jadi. Di lain sisi, jika badan didudukkan, gejala tersebut biasanya akan sedikit berkurang.
Selain edema paru kronis dan akut, ada juga edema paru yang terjadi ketika berada di atas permukaan tinggi. Kondisi ini biasa dialami oleh kalangan pendaki gunung dengan ketinggian lebih dari 2.400 meter. Sama seperti edema akut, penderita edema paru akibat ketinggian juga biasanya akan merasakan ketidaknyamanan di bagian dada, detak jantung meningkat secara tidak teratur, dan mengalami batuk-batuk disertai dahak yang berbusa atau bercampur darah. Sakit kepala, kelelahan, dan berkeringat juga dapat menyertai.
Penyebab Edema Paru
Ada beberapa macam penyebab edema paru. Namun penyakit ini dapat terjadi pada orang yang menderita gangguan otot jantung (kardiomiopati), hipertensi, gangguan katup jantung, dan penyakit jantung koroner akibat ventrikel kiri tidak mampu memompa darah yang berasal dari paru-paru dalam kuantitas yang cukup sehingga tekanan di dalam atrium kiri, pembuluh darah, serta kapiler paru-paru menjadi meningkat. Peningkatan tekanan ini kemudian menyebabkan terdorongnya cairan melalui dinding kapiler ke dalam alveoli.Selain akibat masalah yang berkaitan dengan jantung, edema paru juga bisa disebabkan oleh beberapa kondisi atau faktor lainnya, seperti:- Asap rokok
- Berada di ketinggian di atas 2.400 meter
- Tenggelam
- Paparan racun
- Efek samping obat
- Masalah pada sistem saraf
- Sindrom gangguan pernapasan akut
- Infeksi virus
- Emboli paru
- Cedera pada paru-paru
Diagnosis Edema Paru
Selain melakukan pemeriksaan fisik, upaya mencocokkan gejala yang ada atau mengkaji riwayat kesehatan terhadap pasien yang memiliki masalah pada jantung, perlu juga menjalani sejumlah metode pemeriksaan tertentu yang mungkin dilakukan oleh dokter, di antaranya:- Pemeriksaan di dada dengan menggunakan X-ray untuk melihat penyebab sesak napas dan memastikan bahwa pasien benar-benar mengalami edema paru.
- Tes darah untuk mengukur kadar oksigen dan karbon dioksida di dalam darah, mengukur kadar hormon B-type Natriuretik Peptide, serta melihat fungsi tiroid dan ginjal.
- Pulse oximetry untuk mengukur kadar oksigen di dalam darah dengan menempatkan sensor pada telinga dan jari.
- Ekokardiogram untuk mengetahui adanya aktivitas yang tidak normal di dalam jantung.
- Elektrokardiogram untuk melihat adanya tanda-tanda serangan jantung dan masalah pada ritme jantung.
- Kateterisasi jantung untuk mengetahui penyebab edema paru yang disertai gejala nyeri dada atau bila penyebab edema paru tidak ditemukan melalui ekokardiogram.
- Kateterisasi arteri paru untuk mengukur tekanan di dalam kapiler paru-paru.
Pengobatan Edema Paru
Jika Anda melihat seseorang mengalami serangan edema paru akut dengan gejala berupa sesak napas yang terasa tiba-tiba, napas terengah-engah disertai mengi, batuk yang disertai dengan dahak berbusa atau bercampur darah, kulit menjadi berwarna biru, serta lelah, pusing, dan mengeluarkan banyak keringat akibat tekanan darah yang turun, segera bawa ke rumah sakit atau hubungi ambulans. Edema paru akut yang tidak segera ditangani berpotensi mengakibatkan kematian pada penderitanya.Lakukan hal yang sama pada kasus edema paru kronis dan edema paru akibat ketinggian apabila gejala-gejalanya memburuk dengan sangat cepat.
Sebagai penanganan pertama edema paru, dokter biasanya akan memberikan penderita oksigen. Selain itu, pemberian obat golongan morfin mungkin juga bisa dilakukan untuk membantu meredakan gejala sesak napas dan panik.
Untuk mengurangi tekanan pada paru-paru dan jantung akibat penumpukan cairan, pemberian nitrogliserin dan diuretik (misalnya furosemid) bisa dilakukan. Selain itu, nitroprusside mungkin juga akan diberikan guna mengurangi tekanan yang terjadi pada ventrikel kiri jantung dan memperlebar pembuluh darah.
Apabila diuretik dirasa belum mampu mengatasi penumpukan cairan, maka metode penyedotan cairan dari paru-paru melalui tenggorokan dengan selang atau bahkan prosedur operasi untuk membuang cairan bisa dilakukan.
Pada kasus edema paru yang terjadi di atas ketinggian, selain pemberian oksigen dan tindakan evakuasi ke ketinggian yang lebih rendah, kita juga bisa memberikan nifedipine pada penderita sebagai pengobatan pertama guna membantu mengurangi tekanan di dalam arteri paru-paru dan meringankan kondisinya. Selain sebagai obat edema paru, nifedipine juga bisa dikonsumsi untuk mencegah kondisi ini sebelum mendaki. Konsultasikanlah terlebih dahulu dengan dokter perihal dosis dan aturan pakai nifedipine jika akan dipakai sebagai obat pencegah edema paru meskipun biasanya obat ini diminum sehari sebelum pendakian.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar