Kista umumnya tidak disertai dengan keluhan atau gejala spesifik. Keluhan biasanya akan muncul jika ukuran kista sudah membesar dan letaknya mengganggu organ lain di sekitarnya. Jika si penderita menekan saluran kemih, usus, saraf, atau pembuluh darah besar di sekitar rongga panggul, maka?akan menimbulkan keluhan berupa susah buang air kecil dan buang air besar, gangguan pencernaan, kesemutan, atau bengkak pada kaki.
Kista memang tumor yang jinak, namun 20-30% kista dapat berpotensi menjadi ganas. Keadaan itu ditandai dengan terjadinya pembesaran tumor dalam waktu singkat sehingga memicu tumbuhnya kanker. Hingga kini, kista masih menjadi topik?penelitian yang menarik. Pasalnya, sampai sekarang belum diketahui secara pasti faktor-faktor penyebab tumbuhnya kista dalam tubuh seorang wanita?dan cara pencegahannya pun belum terungkap dengan jelas.
Kista ovarium (indung telur) merupakan tumor jinak berupa kantong abnormal berisi cairan/campuran dengan bagian padat yang tumbuh dalam indung telur (ovarium). Kista ovarium sering kali tanpa gejala, terutama bila ukurannya masih kecil. Bila kista semakin membesar, barulah muncul rasa tidak nyaman.
Gejala-gejala Mama memiliki kista seperti: perut terasa penuh, berat, kembung; tekanan pada dubur dan kandungan kemih (sulit buang air kecil); haid tidak teratur; nyeri panggul yang menetap atau kambuhan yang dapat menyebar ke punggung bawah dan paha; nyeri saat sanggama; mual, ingin muntah; atau pengerasan payudara mirip saat hamil, bisa muncul bila Mama mempunyai kista ovarium.
Namun, untuk mendiagnosis kepastian ada-tidaknya kista, tak dapat dilihat dari gejala-gejala saja, karena mungkin gejalanya mirip dengan keadaan lain, seperti: endometriosis, radang panggul, kehamilan ektopik (di luar rahim), ataupun kanker ovarium.
Sayangnya, walau kista bisa dideteksi sejak dini, dengan melakukan pemeriksaan berkala secara teratur, minimal setahun sekali, namun para ahli menyatakan, tidak ada upaya pencegahan yang dapat dilakukan agar terhindar dari penyakit ini. Jadi, upaya yang bisa dilakukan hanyalah mengetahui secara dini penyakit ini, sehingga pengobatan yang dilakukan memberi hasil baik dengan komplikasi minimal.
Caranya dengan melakukan pemeriksaan secara teratur; pemeriksaan klinis ginekologik untuk mendeteksi adanya kista atau pembesaran ovarium lainnya, pemeriksaan ultrasonografi (USG)—bila perlu dengan alat doppler untuk mendeteksi aliran darah, pemeriksaan petanda tumor (tumor marker), pemeriksaan CT-Scan/MRI—bila dianggap perlu.
Bila pada pemeriksaan pertama ditemui kista yang tak terlalu besar, dengan batasan 5 sentimeter, maka harus di-follow up setiap tiga bulan sekali. Tapi, sekalipun telah menggunakan USG, kadang jenis kista tak bisa dibedakan secara pasti. Oleh karenanya, diperlukan pemeriksaan anamnesis untuk menanyakan riwayat penyakitnya. Seperti, bagaimana haidnya, apakah ada nyeri atau tidak, dan sebagainya. Selain itu, diperlukan juga pemeriksaan fisik dan laboratorium.
Pemberian obat bergantung pada jenis kistanya. Pada kista endometriosis yang masih kecil, mungkin bisa dilakukan pengobatan. Tapi kalau sudah membesar, harus dilakukan operasi.
Cara yang paling efektif untuk mengatasi kista, menurut kebanyakan dokter, yaitu dengan mengangkat kista melalui melalui operasi. Namun, tindakan pengobatan tersebut hingga kini belum memberikan hasil yang memuaskan.
Tindakan operasi pengangkatan kista tidak menjamin kista tidak akan tumbuh kembali nantinya. Selama seorang wanita masih memproduksi sel telur, maka potensi untuk tumbuh kista akan tetap ada.
Pencegahan terbaik adalah meningkatkan pengetahuan serta kesadaran kaum wanita saat ini untuk memeriksakan organ reproduksinya merupakan langkah awal yang tepat untuk mengurangi risiko terjadinya kista.
Kami punya Solusinya... " Milagros "
Minum Milagros secara rutin 3 x 1/2 botol sehari.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar